( DZIKIR ) BERSYUKUR DENGAN MEMPERBANYAK DZIKRULLAH SEBANYAK-BANYAKNYA
Al Qur’an mengingatkan agar manusia banyak-banyak berdzikir. Bisa jadi, karena intensitas dzikirnya teramat sedikit ditelan kesibukan yang tak berujung. Cobalah renungkan fakta waktu yang dihabiskan manusia. Waktu berjalan dalam hitungan detik, menit, jam dan hari. Lalu minggu, bulan dan tahun. Sehari semalam berdurasi 24 jam atau setara dengan 1.440 menit atau 86.400 detik. Dalam kungkungan waktu itulah manusia hidup dan bergulat dengan aneka aktivitas. Lalu berapa lama porsi kita berdzikir? Kalau kita ambil 5 waktu sholat wajib saja yang kira-kira hanya memakan waktu 10 menit, hasilnya memang sangat minim, hanya 50 menit dalam sehari. Kurang dari satu jam dari 24 jam waktu tersedia. Bolehlah kita genapkan saja jadi 1 jam.
Bayangkan, dalam seminggu kita hanya menghabiskan waktu untuk sholat setara 5,8 jam saja dari 168 jam tersedia. Sebulan hanya 25 jam, setara dengan sehari semalam lebih satu jam, padahal hitungan jam dalam sebulan tidak kurang dari 720 jam dalam 30 hari. Lalu setahun kurang lebih tersedia waktu 8.760 jam selama lebih kurang 365 hari. Dalam setahun, sholat menghabiskan waktu tidak lebih hanya 360 jam, setara dengan 15 hari.
Berapa waktu yang dihabiskan untuk sholat selama kurun waktu 50 tahun? Jika dirata-ratakan dalam sehari semalam butuh waktu 1 jam untuk sholat, maka akan ditemukan angka 18.250 hari dalam 50 tahun. Ini berarti 18.250 x 1 jam = 18.250 jam. Angka ini setara dengan hanya 2 tahun saja dari kurun waktu 50 tahun. Ini pun belum tentu sholat yang didirikan padat berisi di sisi-Nya. Subhanallaah. Sepadankah untuk ”melunasi” rasa syukur atas nikmat bernafas dan berkedip saja?
Sekarang mari bandingkan dengan aktifitas lain. Tidur misalnya. Waktu tidur yang sehat dan umum lebih kurang 8 jam perhari. Berarti dalam 50 tahun, waktu yang habis dipakai tidur setara dengan 18.250 hari dikalikan 8 jam. Hasilnya sama dengan 146.000 jam. Angka ini setara dengan 16 tahun 7 bulan untuk tidur.
Aktifitas kerja standar lebih kurang 9 jam perhari. Dalam 50 tahun berarti 18.250 hari dikalikan 9 jam. Hasilnya 164.250 jam, setara dengan 19 tahun 2 bulan.
Waktu aktifitas santai atau relaksasi lebih kurang 6 jam dengan berbagai kegiatan menyenangkan dalam sehari. Dalam 50 tahun waktu yang dipakai relaksasi berarti 18.250 hari dikali 6 jam. Hasilnya 109.500 jam. Angka ini setara dengan 12 tahun 9 bulan. Cukup fantastis untuk acara santai semacam nonton TV sambil minum kopi, belanja dan hal-hal lain yang sifatnya santai.
Ternyata, dibanding dengan aktifitas lain, intensitas dzikir terlalu sedikit. Sementara nikmat yang kita rasakan terlalu banyak. Bahkan terlampau banyak hingga tidak ada angka untuk menjumahnya. Wajarlah Al-Qur’an mengingatkan agar orang beriman tidak putus berdzikir hanya sebatas shalat wajib. Tetapi menambahnya dengan nafilah. Di samping itu, Kanjeng Nabi mengajarkan agar aktifitas positif yang kita geluti selalu harus dibuka dan diakhiri dengan dzikir. Tentu dzikir sebagaimana beliau mencontohkan dalam lafdz dan kaifiahnya.
Kasih sayang Allah tak bisa ditakar, ditimbang, dihitung dan diukur. Manusia tidak punya perangkat untuk mengukur keseluruhan karunia dari Yang Maha Pengasih. Manusia hanya diminta bersyukur atas semuanya. Pada akhirnya pun, syukur yang dipersembahkan kepada Tuhan akan kembali kepada dirinya sendiri.
Dan Allah menyuruh orang beriman agar mengingat Allah dalam jumlah yang banyak atau non-stop terus-menerus.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzab 41)
Dan Allah subhaanahu wa ta’aala menjanjikan bagi laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah bahwa untuk mereka telah disediakan ampunan dan pahala yang besar.
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab 41)
((Copas Dari Fb. Yusuf Mansur Network))
Al Qur’an mengingatkan agar manusia banyak-banyak berdzikir. Bisa jadi, karena intensitas dzikirnya teramat sedikit ditelan kesibukan yang tak berujung. Cobalah renungkan fakta waktu yang dihabiskan manusia. Waktu berjalan dalam hitungan detik, menit, jam dan hari. Lalu minggu, bulan dan tahun. Sehari semalam berdurasi 24 jam atau setara dengan 1.440 menit atau 86.400 detik. Dalam kungkungan waktu itulah manusia hidup dan bergulat dengan aneka aktivitas. Lalu berapa lama porsi kita berdzikir? Kalau kita ambil 5 waktu sholat wajib saja yang kira-kira hanya memakan waktu 10 menit, hasilnya memang sangat minim, hanya 50 menit dalam sehari. Kurang dari satu jam dari 24 jam waktu tersedia. Bolehlah kita genapkan saja jadi 1 jam.
Bayangkan, dalam seminggu kita hanya menghabiskan waktu untuk sholat setara 5,8 jam saja dari 168 jam tersedia. Sebulan hanya 25 jam, setara dengan sehari semalam lebih satu jam, padahal hitungan jam dalam sebulan tidak kurang dari 720 jam dalam 30 hari. Lalu setahun kurang lebih tersedia waktu 8.760 jam selama lebih kurang 365 hari. Dalam setahun, sholat menghabiskan waktu tidak lebih hanya 360 jam, setara dengan 15 hari.
Berapa waktu yang dihabiskan untuk sholat selama kurun waktu 50 tahun? Jika dirata-ratakan dalam sehari semalam butuh waktu 1 jam untuk sholat, maka akan ditemukan angka 18.250 hari dalam 50 tahun. Ini berarti 18.250 x 1 jam = 18.250 jam. Angka ini setara dengan hanya 2 tahun saja dari kurun waktu 50 tahun. Ini pun belum tentu sholat yang didirikan padat berisi di sisi-Nya. Subhanallaah. Sepadankah untuk ”melunasi” rasa syukur atas nikmat bernafas dan berkedip saja?
Sekarang mari bandingkan dengan aktifitas lain. Tidur misalnya. Waktu tidur yang sehat dan umum lebih kurang 8 jam perhari. Berarti dalam 50 tahun, waktu yang habis dipakai tidur setara dengan 18.250 hari dikalikan 8 jam. Hasilnya sama dengan 146.000 jam. Angka ini setara dengan 16 tahun 7 bulan untuk tidur.
Aktifitas kerja standar lebih kurang 9 jam perhari. Dalam 50 tahun berarti 18.250 hari dikalikan 9 jam. Hasilnya 164.250 jam, setara dengan 19 tahun 2 bulan.
Waktu aktifitas santai atau relaksasi lebih kurang 6 jam dengan berbagai kegiatan menyenangkan dalam sehari. Dalam 50 tahun waktu yang dipakai relaksasi berarti 18.250 hari dikali 6 jam. Hasilnya 109.500 jam. Angka ini setara dengan 12 tahun 9 bulan. Cukup fantastis untuk acara santai semacam nonton TV sambil minum kopi, belanja dan hal-hal lain yang sifatnya santai.
Ternyata, dibanding dengan aktifitas lain, intensitas dzikir terlalu sedikit. Sementara nikmat yang kita rasakan terlalu banyak. Bahkan terlampau banyak hingga tidak ada angka untuk menjumahnya. Wajarlah Al-Qur’an mengingatkan agar orang beriman tidak putus berdzikir hanya sebatas shalat wajib. Tetapi menambahnya dengan nafilah. Di samping itu, Kanjeng Nabi mengajarkan agar aktifitas positif yang kita geluti selalu harus dibuka dan diakhiri dengan dzikir. Tentu dzikir sebagaimana beliau mencontohkan dalam lafdz dan kaifiahnya.
Kasih sayang Allah tak bisa ditakar, ditimbang, dihitung dan diukur. Manusia tidak punya perangkat untuk mengukur keseluruhan karunia dari Yang Maha Pengasih. Manusia hanya diminta bersyukur atas semuanya. Pada akhirnya pun, syukur yang dipersembahkan kepada Tuhan akan kembali kepada dirinya sendiri.
Dan Allah menyuruh orang beriman agar mengingat Allah dalam jumlah yang banyak atau non-stop terus-menerus.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzab 41)
Dan Allah subhaanahu wa ta’aala menjanjikan bagi laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah bahwa untuk mereka telah disediakan ampunan dan pahala yang besar.
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab 41)
((Copas Dari Fb. Yusuf Mansur Network))
Komentar
Posting Komentar